Pandangan bagi individu tidak mengakui Tuhan

Yang dimaksud dengan makrifat ialah tempat fondasi berdirinya Islam dengan secara keseluruhan. Tanpa adanya makrifat ini seluruh perbuatan amal ibadah suatu agama atau untuk Islam akan menjadi tidak memiliki sebuah nilai yang hakiki, karenakan didalam kondisi seperti ini orang tersebut akan kehilangan rohnya"

stock-photo-illustration-background-of-d-label-or-religious-symbol-1879662073
stock-photo-illustration-background-of-d-label-or-religious-symbol-1879662073

Apa nilai suatu amal yang tidak akan memiliki rohnya?

Bagaimana cara kita mengenal Tuhan?

Jalan apa yang seharusnya kita tempuh untuk menuju jalan makrifat?

Pertanyaan seperti itu harus dijawab karena kalau kita tidak mengetahui menuju jalannya, kita tidak pernah sampai ketujuan yang kita harapkan.

Pandangan bagi individu tidak mengakui Tuhan

Banyak orang baik semenjak jaman dulu hingga di masa kini yang mengingkari adanya Tuhan, dengan beralasan bahwa mereka tidak bisa merasakan keberadaan Tuhan dengan penglihatan mereka.

Pendapat bagi mereka berpendapat bahwa menuju untuk mengetahui semua sesuatu adalah dengan penglihatan, karena alasan itu mereka menuduh terhadap orang yang menerima keberadaan Tuhan sebagai tukang khayal, tersesat, pembuat klenik, tidak ilmiah, sakit jiwa, dan tuduhan lainnya yang diucapkan oleh orang tidak menerima Tuhan itu ada terhadap kaum yang beriman.

Dengan beralasan orang-orang beriman itu menerima adanya Tuhan bukanlah dengan cara indrawi, mereka berpendapat bahwa mereka bisa beriman dengan apa yang dapat tertangkap oleh panca indra mereka. Sebenarnya sudah terbantah sendirinya oleh realitas material ditempat mereka hidup.

Contohnya mereka mengimani dengan adanya kekuatan gaya gravitasi bumi disertai dengan hukumnya, meskipun mereka tidak dapat melihat keberadaannya dengan indrawi mereka.

Mereka mengimani dengan keberadaan rasio, meskipun sebenarnya mereka tidak melihat penampakkannya, seolah-olah hanya melihat hasil saja.

Mereka mengimani keberadaan medan magnet, sebagai hasil melihat dengan adanya daya magnet yang tarik menarik diantara satu besi beserta besi lainnya, tanpa adanya melihat faktor apa yang menariknya.

Begitu juga mereka mengimani dengan adanya elektron neutron, meskipun mereka tanpa pernah melihat elektron neutron.

Semuanya ini menunjukan bahwa pada diri mereka sendiri mengimani banyak hal dengan tidak dapat dicapai indra mereka. Imanan mereka yang tanpa adanya keraguan itu di hasilkan seolah-olah setelah mereka melihat dan pengaruhnya atau kekuatan yang di pertunjukkan oleh semua hal yang di imani keberadaannya itu.

Hal tersebut menuntukkan dengan sangat jelas bahwa banyaknya hal yang di imani keberadaannya oleh mereka, iyalah semata-mata ditunjukkan sama pengaruh-pengaruhnya, bukan karena melihat zatnya dengan indrawi mereka.

Rasiolah bukan indrawi yang memperkenalkan semuanya itu kepada mereka. Indrawi iyalah alat yang memberikan semua perangkat-perangkat penilaian terhadap rasio sehingga dapat menetapkan penilaiannya itu, akan tetapi tanpa keberadaan rasio tentunya penelitian tersebut tidak dapat di hasilkan dan tentu saja tak dapat di hasilkan suatu pengetahuan dengan labih lanjut, pada paktanya indrawi sering kali memberikan penggambaran yang keliru terhadap kita dan dengan pikiran saja kita baru mengetahui terhadap fakta yang sebenarnya.

Contohnya sebatang tongkat yang ditenggelamkan kedalam air akan terlihat bengkok.

Garis yang di letakkan dalam keadaan sejajar terlihat dari jarak jauh terlihat tidak sejajar.

Angka yang warnanya putih akan terlihat lebih besar dari angka-angka berwarna lainnya.

Kita merasa bahwa diri kita sedang berjalan dalam keadaan kepala di atas, walaupun kita berada di bagian kutub utara atau di kutub selatan bahkan digaris katulistiwa.

Semua kenyataan tersebut menjelaskan kepada kita semua dengan jelas, bahwa jika tanpa adanya rasio niscaya mata kita akan diberikan gambaran yang salah bukanlah kebeneran, dan tanpa adanya rasio kita tidak dapat mempunyai pengetahuan.

Apakah mereka yakin ketika mereka membatasi seluruh pengetahuan hanya dengan melalui jalan indrawi saja?

Apakah mereka sudah bersikap logis terhadap dirinya sendiri disaat mereka menolak keimanan terhadap Tuhan, dengan alasan yang mereka tidak dapat untuk mencapainya dengan mata mereka?

Ini terjadi walau pun mereka mempercayai dibanyak hal tersebut yang tak dapat mereka jamah dengan indrawi mereka dan hanya melihat pengaruhnya saja. Semuanya itu adalah fakta yang diketahui semua manusia.

Sebelum di temukannya alat yang dapat detect keberadaannya, beberapa wujud yang visible apakah wujud tersebut belum ada?

Apakah pengingkaran mereka melawan wujud tersebut sebelum ditemukan alat detector bersifat ilmiah?

Selain itu, terlepas dari apakah semuanya merupakan faktor nyata yang masuk akal yang ditemukan oleh personel atau instrumen?

Fakta matematis banyak fakta nominal hanya dapat dituju oleh rasio pemikiran dan asosiasi tujuan dengan tempat. Selanjutnya bukankah setiap permasalah memerlukan alat khusus yang sesuai.?

Bukankah perangkat rasio sudah mencukupi bagi mereka sampai menuju Tuhan?

Seandainya mereka memiliki hati niscaya akan ajak mereka diskusi dengan hati dan kami akan terangkan bagaimana sebenarnya orang-orang yang memiliki hati nurani yang dapat mencapai keyakinan terhadap Tuhan, dengan pengertian hati mereka, dengan derajat keasliannya, tepatnya iluminasi dzauqiyah yang tidak akan dapat dipertentangkan dan kekuatannya dengan peneguhan apapun.

Namun hati mereka sudah mati rasa, jadi kami memilih untuk tidak menyambut mereka untuk berbicara dengan jiwa mereka, karena mereka tidak pernah mendapatkannya. Apa yang dimaksud dengan hati? jelas bukan hati material yang diketahui oleh mereka, bagaimanapun juga itu adalah hati yang lain yang berpusat di sekitar hati.

RELATED:

Kesan palsu tentang jalan necreasy kepada Allah baik sebelumnya maupun saat ini adalah mungkin komponen terbaik yang membuat banyak orang jauh dari cara yang sah untuk percaya kepada Allah, meskipun fakta bahwa salah persepsi seperti itu sangat jelas. Standar waras berkata kalau Tuhan membuat modul, ini tidak membuat perbandingan yang membuat dirinya sendiri, sebab permasalahan tidak bisa membuat modul. Bila puncak pencapaian indera di dunia material ini adalah materi, individu yang terdeteksi mengendalikan mata mereka tidak hendak menggapai makrifat.

Tampaknya seluruh dialek serta pertemuan ataupun seorang, dari orang yang tidak yakin kepada Tuhan wajib mengalami kekacauan tentang pengetahuan nyata, dalam menggapai data surgawi. Hari ini kita mendengar sebagian orang yang berkata bahwa karena Tuhan tidak dapat dilihat oleh mata berarti tidak ada Tuhan.

Mereka juga akhirnya memilih agnostisisme, lebih luar biasa lagi kita menemukan beberapa negara meneriakkannya seperti radio Asosiasi Soviet setelah mereka menemukan caranya menempatkan satelit awal mereka ke luar angkasa.

Sebuah jawaban normal yang menarik terhadap masalah ini adalah kisah yang menyertai di sekolah dasar, seorang instruktur berkata kepana muridnya:

Apakah kalian melihat buku? mereka menjawab Ya. Dengan begitu berarti buku ada, kata guru.

Selanjutnya, apakah kalian melihat ballpoint? pertanyaan lebih lanjut dan murud menjawab Ya. Jika demikian ballpoint ada, kata guru.

Pertanyaan berikutnya, apakah kalian melihat penghapus? kemudian jawab murid Ya. Berarti penghapus ada, kata guru.

Selanjutnya, apakah kamu melihat Tuhan? tanya sekali lagi respon yang sesuai dari murid adalah Tidak. Berarti tidak ada Tuhan tegas pendidik.

Kemudian seorang siswa yang pintar bertanya. Apakah kalian melihat pikiran pendidik kami? mereka bilang, Tidak. Karenanya pikiran pendidik kita tidak ada!

Wawasan yang tidak mendasar ini sudah dipegang oleh sebagian orang yang tidak mengakui kedatangan Tuhan, semenjak era kuno. Ini pula ialah akibat dari penyakit psikologis ataupun penyakit jantung, bukan akibat dari renungan yang kokoh, terhormat, dan adil dalam melihat sesuatu.

Selanjutnya tata cara orang yang tidak mengakui kedatangan Tuhan, tidak hendak bawa kita pada tujuan dalam memahami Tuhan. Memutuskan jalur dan mengetahuinya dengan fokus utama, sehingga kami menggapai tujuan kami.

Pendekatan terbaik buat makrifat merupakan dengan fokus pada gejala kekuatan Nya. Ini merupakan metode terbaik buat menggapai makrifat. Tidak hanya itu, otak serta data merupakan keadaan mendasar yang diperlukan oleh orang yang mau berjalan dengan metode ini.

Tanpa alibi kita tidak hendak memandang ciri tandanya. Tanpa jiwa kita tidak hendak menyadari siapa yang mempunyai karakteristik. Begitupun tanpa data tidak hendak terdapat data memiliki ciri. Juga tanpa informasi tidak akan ada informasi.

Pepatah ini mungkin seperti tidak biasa bagi orang-orang yang tak percaya Tuhan, karena biasanya menyebut dirinya sekuler, progresif, rasis dan sarjana. Namun jaminan tanpa bukti, sama sekali tidak memiliki nilai yang logis.

Hopefully there are benefits.

0 Response to "Pandangan bagi individu tidak mengakui Tuhan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel