Wangsa W | Dihadang Wayang Abang atau Golek Beureum

Apa itu Wayang Abang dan Golek Beureum ? Wayang abang kata orang Jawa sedangkan Golek beureum kata orang Sunda. Sedangkan untuk pengertiannya kata orang Jawa dan orang Sunda adalah sama yaitu julukan untuk segerombolan orang yang sangat sadis yang tidak ragu- ragu untuk melukai korbannya jika sikorban tidak menyerahkan barang berharganya bahkan hingga membunuh korban yang diramboknya. (Abang/ Beureum bahasa indonesianya Merah sedangkan Golek adalah boneka jadi bisa diartikan menurut bahasa indonesianya Boneka Merah).

Wangsa W_Pada masa itu wangsa masih sekolah MI. MIFTAHUL ULUM kelas 3 (setara dengan/ Sekolah Dasar kelas 3). Maka dari itu wangsa jelas paham betul dengan Desa Sukawera. yaitu tanah kelahiran wangsa, yang di kala itu jalannya masih sangat buruk karena belum ada pengarugan batu jalan.

(Penjelasan tentang Wansa W/ Wijaya_adalah narasumber dari artikel ini yang taklain adalah anak pertama dari keluarga Bapak Patra dan Mbok Sarni dengan 3 Bersaudara).

Wangsa yang lahir di tahun 1973. Kalau melihat teman seperjuangan semuanya sekarang sudah pada punya cucu, cuma wangsa sendiri yang masih berjaka yang mendapat julukan Jaka Growong. Nanti dilain kesempatan menurut wangsa akan bercerita tentang asal usul Jaka Growong, karena pembahasan kali ini tentang! Dihadang Wayang Abang.

Es Cuing Berubah Menjadi Nasi Goreng

Diawali dari cerita Bpk. Patra yang taklin adalah bapak kandungnya wangsa. Pada waktu itu Bpk. Patra yang kerjaannya sebagai penjual nasi goreng, yang harga nasi gorengnya masih seharga Rp.500,- untuk satu porsinya/ sepiringnya, sebenarnya sebelum dagangan nasi goreng Bpk Patra berjualan Es Cuing/ cingcau dan Cendol dengan menggunakan sepedah berkeliling dari desa kedesa.

Awal mula ganti dagangan yaitu dagang nasi goreng diawali dengan hasil uji coba Bpk Patra membuat nasi goreng dengan menggunakan telur bebek serta dengan bumbu hasil eksperimennya Bpk Patra sendiri. Ternyata setelah dicoba goreng nasi campur telor bebek ditambah bumbu hasil racikan sendiri terasa enak sekali, barulah Bpk Patra berinisiatif untuk berdagang nasi goreng.

Pertama Kali Jualan Nasi Goreng

Dari sinilah baru mempunyai keinginan untuk jualan nasi goreng. Akhirnya Bpk dan Ibunya Wangsa berunding untuk mengganti dagangannya, yaitu dagang nasi goreng, mie gereng, mie rebus, kopi dan teh manis atau teh hangat. Karena menurut Bpknya Wangsa kalau terus jualan Es sudah banyak yang dagang bahkan semakin banyak, jadi Bpk Patra memutuskan untuk ganti dagangannya dengan nasi goreng.

Saat itu di kampung belum ada yang berjualan nasi goreng jadi Bpk Patra adalah orang yang pertama dagang nasi goreng dikampungnya Wangsa yaitu Sukawera, kel. Mekarjaya- Compreng- Subang. Menurut Bpknya wangsa, ini adalah kesempatan karena dikampungnya belum ada yang jualan nasi goreng. Yaitu  pada tahun 1980 Bpk Patra sudah mulai dagangan nasi goreng. Ternyata perkiraan Bpk Patra benar nasi gorengnya laris dan untuk rasapun cocok bagi pembeli nasi gorengnya Bpk Patra.

(Bapaknya Wangsa telah resmi pensiun dari tukang Es beralih menjadi tukang nasi goreng pada tahun 1980).

Disaat ada yang hajatan/ resepsi khitan ataupun pernikahan, Bpk patra tidak menyia- nyiakan kesempatan dan pastinya mencari lokasi untuk dagang nasi goreng ditempat yang akan mengadakan hajatan. Dikarenakan umumnya orang sini jika ada resepsi yang mengadakan hiburan, dua hari sebelumnya para pedagang mencari lokasi yang strategis di tempat tersebut dengan menggunakan ciri masing- masing para pedagang, misalnya bangku atau meja untuk ditaruh ditempat yang sudah ditentukan untuk berdagang, bahkan bisa juga dengan menggunakan tali untuk dilingkarinya tempat tersebut hanya untuk penanda saja. Jika untuk jualan nasi goreng tentunya dagangnya diwaktu malam. Singkat cerita!



Dihadang Wayang Abang atau Golek Beureum

Bpk Patra yang di temani oleh Mbok Sarni berdagang di suatu hajatan / sunatan yang ada di kampung Sukajaya, sedangkan menuju kampung tersebut cekup jauh. Bpk Patra dipagi harinya sudah mendorong grobaknya dengan berjalan kaki melewati 3 perkampungan dari kampung sukawera, kampung kalensari, dan yang dituju yaitu kampung sukajaya, hanya berjalan kaki dengan jalanan yang masih buruk pada kala itu.

Singkat cerita malampun tiba. Biasanya jika terdapat hiburan walau pun hiburannya hanyala video kala itu cukup ramai dan para wargapun tidak akan menyia- nyiakan kesempatan untuk nonton, dan para wayang abang pun tidak menyia- nyiakan kesempatan dikarenakan banyak rumah yang ditinggal penghuninya untuk nonton.

Tidak hanya itu gerombolan wayang abang mencari korbannya ditempat hiburan juga dengan cara menyebar bercampur dengan para penonton pada umumnya untuk memata-matai para warga yang nonton untuk mencari target penonton yang suka memakai banyak barang perhiasan, ketika penonton yang memakai banyak perhiasan hendak pulang akan dihadang untuk dibegal saat melewati toang (tempat yang sepi). Biasanya barang yang digunakan untuk senjata gerombolan wayang abang adalah golok/ senjata tajam.

Singkat cerita Bapak Patra pun hendak pulang kerja. Kedua orang tua wangsa dikala itu sangat bersyukur dikarenakan dagang nasi goreng, mie rebus, mie goreng serta kopi dan teh manis mendapatkan uang yang lumayan banyak/ dagangannya laris banyak yang membelinya. Kemudian sekitar jam 00;oo malam kedua orang tua wangsa pun bergegas untuk bereskan dagangannya karena akan pulang malam itu juga. Singgkat cerita Bpk Patra dan Mbok Sarni melakukan perjalannan pulang dengan mendorong kerobak nasi gorengnya dengan berjalan kaki sekitar jam 01;oo malam.

Diperjalannan tidak ada orang kecuali kedua orang tuanya wangsa yaitu Bpk Patra dan Mbok Sarni. Kala itu wangsa tidak ikut jualan dikarenakan paginya wangsa harus sekolah dan wangsapun kala itu masih kelas 3 MI/SD.


RELATED:

Ketika Bpk Patra dan Mbok Sarni ditengah-tengah perjalanan yaitu toang (jalanan yang sepi yang tidak ada pemukiman warga). Kedua orang tua wangsa ternyata dihadang oleh 4 orang wayang abang, betapa takutnya Bapak Patra dan Mbok Sarni karena ke 4 orang itu semuanya membawa golok dipinggangnya masing-masing.

Kala itu Bpk Patra sudah berpikiran "wah wah wah celaka pasti semua uang hasil dagangannya dirampas wayang abang". Ketika Bpk Patra dan Mbok Sarni pura- pura tidak tau dan terus berjalan, ternyata pimpinan mereka membentak kedua orang tuanya wangsa dengan keras! katanya "Berheti !". Bpk Patra dan Mbok Sarni pun berhenti dengan rasa penuh ketakutan dan pasrah jika semua uang hasil kerjakerasnya berdagang nasi goreng dirampasnya asalkan jangan dirusak grobak nasi gorengnya dan jangan melukai apalagi sampai dibunuh oleh wayang abang.

Setelah berhenti! Pimpinan mereka bertanya nasinya masih? Bpk Patra menjawabnya kalau nasi sudah habis yang ada mie. Lalu pimpiman mereka menyuruh Bpk Patra untuk membuat 4 porsi mie dan semuanya di goreng. Setelah mie gorengnya sudah siap semaunya lalu diberikannya kepada 4 wayang abang tersebut.

Setelah Bapak Patra memberikan mie gorengnya, sebenarnya Bpk Patra ingin langsung bergegas melanjutkan perjalan untuk pulang dan merelakan 4 piringnya yang digunakan untuk menyajikan mie goreng tersebut, akan tetapi pimpinan mereka mencegahnya dengan ucapan "Tunggu, sampai semuanya selesai makan". Akhirnya terpaksa untuk menunggu mereka selesai makan dan Bpk Patra pun tanpa diketahui oleh 4 wayang abang sudah menyimpan uang hasil dagangannya di dua penyimpanan, dengan harapan jika wayang abang merampas uangnya tidak kebawa semuanya. Berlanjut>>>

https://www.sukaratu.com/2021/01/wangsa-w-dihadang-wayang-abang-atau-golek-beureum-boneka-merah.html
Mbok Sarni yaitu Ibunya Wangsa W


0 Response to "Wangsa W | Dihadang Wayang Abang atau Golek Beureum"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel